PENAMAS ID – Tumbangnya bisnis Tupperware membuat banyak orang terkesima dan kaget dengan yang hal yang menimpa raksasa bisnis tersebut. Produk Tupperware pernah sangat populer di era tahun 90 an dan 2000 an.
Tentunya kamu masih ingat meme yang banyak beredar di media sosial bahwa seorang anak akan ketakutan jika menghilangkan tupperware milik ibunya dan betapa tupperware menjadi favorit jutaan ibu-ibu.
Produk Tupperware terkenal berkualitas tinggi namun harganya seringkali lebih mahal dibanding produk sejenis yang ada di pasar. Apalagi saat ini banyak alternatif tersedia di ecommerce dengan harga murah dan kualitas bagus. Persaingan yag ketat membuat bisnis Tupperware perlahan mulai meredup.
Saat ini konsumen modern juga cenderung berbelanja online melalui ecommerce sementara itu Tupperware terlalu lama mengandalkan metode penjualan langsung melalui jaringan distribusi yang saat ini sudah tidak sesuai lagi. Tupperware lambat beradaptasi dengan tren penjualan online, sehingga banyak konsumen berpindah ke produk yang lebih mudah diakses melalui platform digital.
Memang cara metode penjualan langsung dulu sangat efektif namun cara ini kalah saing dengan e-commerce dan platform daring yang lebih memudahkan konsumen berbelanja dari rumah tanpa interaksi langsung.
Ketergantungan Tupperware pada penjualan langsung melalui distributor independen menjadi kelemahan utama mereka. Saat ini minat konsumen untuk terlibat dalam penjualan dan distribusi membuat kehadiran Tupperware memudar dan akhirnya terlupakan.
Sementara itu produk dari merek-merek lain yang serupa dengan harga lebih murah seperti produk plastik dan kaca dari merek supermarket membuat bisnis Tupperware semakin terancam. Bahkan produk-produk tersebut sangat mudah diakses di toko-toko retail dan platform e-commerce. Sehingga membuat produk Tupperware kalah saing, lebih mahal dan kurang menarik.
Masalah keuangan juga menjadi faktor utama dalam kegagalan bisnis Tupperware. Pada tahun 2023 pihak manajemen Tupperware mengumumkan risiko kebangkrutan dikarenakan penurunan pendapatan signifikan dan beban hutang besar. Bahkan upaya restrukturisasi dan pengurangan biaya tidak cukup untuk bertahan dari kebangkrutan.
Kegagalan bisnis Tupperware yang berujung pada kebangkrutan di tahun 2024 terdiri dari berbagai macam faktor yang seharusnya bisa diatas sebelumnya. Namun sayangnya Tupperware terlambat mengadopsi strategi e-commerce dan digital marketing yang membuat mereka jauh tertinggal dari produk lain. Saat produk lain sudah cepat dan memiliki tempat di ranah digital, Tupperware baru berusaha memperkuaat kehadirannya di platform penjualan digital.
Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa kegagalan Tupperware adalah akibat dari kombinasi strategi bisnis yang tidak beradaptasi dengan perubahan tren dan tantangan keuangan yang terus memburuk.
Strategi digital marketing menjadi platform utama dalam channel marketing yang harus dikuasai oleh semua brand dalam berbagai lini industri. Platform e-commerce dan media sosial merupakan pintu gerbang sebuah bisnis untuk memperkenalkan produknya dan memperkuat eksistensinya di dunia digital.
Provider internet yang kuat dan kencang menjadi penunjang penting dalam sebuah bisnis maupun aktivitas kehidupan sehari-hari. Firstmedia merupakan provider internet terpercaya dan berkecepatan tinggi yang bisa kamu andalkan setiap saat.(Bil/PENAMAS ID)