PENAMAS.ID, CIANJUR – Dugaan pungutan liar (pungli) berkedok sumbangan yang terjadi di SMAN 2 Cianjur menjadi sorotan sejumlah kalangan. Betapa tidak, anggaran untuk pembangunan sarana olahraga kolam renang dibebankan kepada para orangtua siswa.
Direktur eksekutif Cianjur Aktivis Independen (CAI) Farid Sandi mempertanyakan langkah yang diambil pihak SMAN 2 Cianjur tersebut. Dengan cara mengadakan rapat komite sekolah mengundang orangtua siswa, sambung dia, lalu menghimpun dana dan uang yang dikumpulkan dibangun kolam renang bahkan rapatnya dibuka Kepala Sekolah.
“Logikanya sekolah mau melegalkan pungutan melalui komite sekolah. Lalu dana yang dihimpun itu dilabeli sebagai sumbangan yang sah. Pertanyaannya apakah komite itu merupakan lembaga resmi yang melegalkan uang yang dihimpun dari orangtua siswa?” ujarnya kepada penamas.id belum lama ini.
Menurutnya, terlalu berlebihan jika memposisikan komite sekolah sebagai lembaga pengumpul uang. Apalagi kehadiran komite merupakan perrwakilan orangtua yang notabene memberikan saran konstruktif kepada sekolah untuk memajukan pendidikan.
“Kalau mengacu ke Pergub maupun Permendikbud itu tidak ada klausul bahwa komite sebagai lembaga resmi yang menggalang dana dari orangtua siswa untuk kepentingan sekolah. Jadi sekolah seperti ingin melindungi diri lalu komite yang dikedepankan,” tukasnya.
Hal yang sama juga ditekankan oleh Ketua Dewan Pendidikan Cianjur, Mochamad Ginanjar. Ia menilai tindakan komite sekolah tidak mungkin tanpa persetujuan sekolah. Untuk itu, kata dia, dalam melakukan tindakannya seharusnya sekolah peka dengan kondisi saat ini.
“Saat ini baru berada di posisi pemulihan pasca covid 19 sehingga sekolah mestinya peka untuk tidak dulu memungut dana dari orangtua siswa. Melainkan fokus mengejar ketertinggalan karena selama covid 19 belajar tidak tatap muka. Ingat, sumbangan yang diperbolehkan itu untuk mencerdaskan siswa dan bukan orientasinya kepada fisik bangunan,” tegasnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala SMAN 2 Cianjur, Haruman Taufik Kartanegara masih enggan memberikan komentar. Berulangkali mendatangi sekolah namun tak juga memberikan tanggapan. Bahkan beberapakali dihubungi masih saja bungkam.(rky)