PENAMAS ID,ARTIKEL – Kurikulum Merdeka mulai didengar dan disosialisasikan pasca pembelajaran daring yang dilakukan serempak karena mewabahnya virus Korona.
Bahkan di beberapa satuan pendidikan terdapat sekolah-sekolah yang sudah menerapkan kurikulum Merdeka di tingkatan tertentu, dan sisanya melanjutkan kurikulum 2013.
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang memberikan kesempatan bagi pendidik untuk menyediakan pembelajaran berkualitas tinggi yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.
Kurikulum ini menerapkan sistem pembelajaran intrakurikuler yang beragam dan bisa memungkinkan pendidik untuk memilih berbagai perangkat ajar untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan belajar dan minat yang di miliki oleh peserta didik.
Peserta didik akan memiliki cukup waktu untuk mempelajari konsep dan menguatkan kemampuan mereka.
5 karakteristik kurikulum Merdeka
1. Fokus pada topik penting untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih mendalam.
2. Lebih banyak waktu untuk membangun kompetensi dan karakter melalui belajar kelompok dalam konteks nyata (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila).
3. Pembelajaran per fase dan jam pelajaran dapat di sesuaikan.
4. memberi pendidik fleksibilitas dan dukungan perangkat ajar dan materi pelatihan untuk menyusun kurikulum satuan pendidikan.
5. mengutamakan kolaborasi dengan semua pihak untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum Merdeka.
Kurikulum merdeka memungkinkan satuan pendidikan dan pelatih untuk mengubah jenis, teknik, instrumen, dan waktu ujian (penilaian) sesuai dengan tujuan pembelajaran. Mereka bisa mengubah strategi pengolahan hasil ujian sesuai dengan kebutuhan.
Ketika guru menggunakan indikasi diagnostik terbatas untuk mengumpulkan pengetahuan dan melacak kemajuan sekelompok peserta didik dalam kurikulum, penilaian di anggap baik.
Penilaian dianggap ideal ketika guru secara aktif dan sistematis mengumpulkan informasi diagnostik tentang pemahaman peserta didik tentang kemajuan belajar individu.
Di dalam kurikulum Merdeka terdapat dua jenis penilaian, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Meskipun kedua metode penilaian kurikulum merdeka ini berguna untuk menilai pembelajaran, namun keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar satu sama lain.
Berikut beberapa perbedaan mendasar asesmen formatif dan sumatif
1. Waktu Pelaksanaan
Penilaian formatif biasanya di lakukan saat unit, bab, atau kompetensi di ajarkan. Hal ini bisa di lakukan di awal atau sepanjang pelajaran. Sedangkan penilaian sumatif di lakukan pada akhir pelajaran.
2. Tujuan Penilaian
Penilaian formatif bertujuan untuk mengetahui perkembangan penguasaan siswa terhadap unit, bab, atau kompetensi yang sedang di pelajari.
Sementara itu, penilaian sumatif bertujuan untuk mengukur pencapaian pembelajaran siswa pada unit, bab, atau kompetensi yang telah di pelajari.
3. Output
Penilaian formatif menawarkan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran suatu unit, bab, atau kompetensi sehingga siswa memperoleh penguasaan yang optimal. Penilaian sumatif menunjukkan apa yang di pelajari siswa.
4. Hasil Penilaian
Nilai rapor keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan penting lainnya tidak di tentukan oleh hasil penilaian formatif sebaliknya, penilaian sumatif hanya menentukan nilai keputusan tersebut.
Itulah perbedaan mendasar antara penilaian formatif dan juga penilaian sumatif pada Kurikulum Merdeka. (BIBIL/Dinda Siti Salamah/PENAMAS ID)