PENAMAS.ID, JAKARTA – Belum lama ini, ada beberapa oknum dokter yang dinilai publik mencoreng integritas profesionalisme kerja dunia kesehatan. Menyikapi hal itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin angkat bicara.
Mengutip siaran persnya, Rabu, (23/4/2025) Budi menegaskan bahwa kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum dokter, tidak boleh menghilangkan dedikasi dan integritas ratusan ribu dokter lain yang selama ini bekerja dengan profesionalisme tinggi.
“Kita memiliki hampir 300 ribu dokter di Indonesia. Jangan sampai tindakan segelintir oknum merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi dokter secara keseluruhan,” terang Budi.
Pihaknya meyakinkan pentingnya sikap adil dan proporsional menanggapi beberapa kasus oleh oknum dokter belakangan ini.
“Dokter-dokter baik jumlahnya jauh lebih banyak. Jangan sampai yang baik-baik ini tertutup oleh ulah oknum yang ngaco,” ujarnya.
Budi pun mengakui bahwa sistem pengawasan dan penegakan etik dalam dunia medis selama ini masih memiliki kelemahan, terutama dalam aspek transparansi dan ketegasan sanksi.
“Sistem tidak transparan dan tidak tegas, oknum merasa bebas berbuat tanpa pengawasan. Akibatnya terungkap, dan kepercayaan masyarakat pun terganggu,” tambahnya.
Pihaknya meyakinkan, pemerintah berkomitmen untuk memperkuat sistem pengawasan profesi medis melalui implementasi Undang-Undang Kesehatan yang baru. UU ini memberikan kewenangan yang lebih kuat bagi pemerintah untuk mengidentifikasi dan memberikan sanksi tegas kepada pelaku pelanggaran etik, tanpa pengecualian.
Wujud konkretnya, kata dia melalui pencatatan rekam jejak pelaku dan pendistribusian data tersebut ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dan dinas kesehatan daerah. Lantas, lanjutnya tindakan pencegahan dapat dilakukan secara sistematis dan lebih cepat.
“Langkah ini penting agar kita bisa melindungi mayoritas dokter yang selama ini bekerja dengan benar, profesional, dan penuh tanggung jawab,” ungkap Budi.
Senada, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Brian Yuliarto turut menekankan pentingnya momentum ini sebagai titik evaluasi dalam sistem pendidikan profesi dokter, khususnya di jenjang spesialis.
“Tentu ada hal-hal yang masih belum sempurna. Mari kita perbaiki bersama-sama agar ke depan program pendidikan dokter spesialis bebas dari praktik-praktik yang bisa mencoreng nama baik profesi,” kata Brian.
Brian menambahkan, ke depan agar tidak ada lagi kasus serupa yang terulang. Setiap institusi pendidikan dan calon dokter diharapkan terus menjunjung tinggi etika, profesionalisme, dan nilai-nilai kemanusiaan. (Redaksi/Rilis/Penamas)