PENAMAS.ID, WARTAWAN sekaligus Ulama. Tiga kata itu, mewakili profil KH Abdul Wahhab Hasbullah. Sebelum Indonesia merdeka tahun 1945, KH Abdul Wahhab Hasbullah mendirikan media massa bertajuk Swara Nahdlatul Oelama atau Soeara NO.
Media massa, dengan target pembaca terbesar kalangan Nahdliyin. Publik kala itu, mengenal media Soeara NO sebagai Berita Nahdlatoel Oelama. Ejaannya, masih ikuti kaidah bahasa tempo dulu.
Mbah Wahhab, sebutan popularnya. Abahnya bernama KH Hasbullah Said, Pengasuh Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur. Putera dari Nyai Latifah itu, terkenal pemikiran moderennya.
Usia ke-13 tahun, KH Abdul Wahhab Hasbullah memutuskan keluar dari pesantren abahnya. Merantau dari kota ke kota. Berbagai pesantren dijajaki Mbah Wahhab untuk perdalam ilmunya.
Pahlawan Nasional ini, terkenal sebagai pelopor kebebasan berfikir untuk umat Islam. Figurnya, menekankan betapa pentingnya keberagaman. Terutama kebebasan berfikir dan berpendapat.
Kebebasan berfikir itu, diwujudkan KH Abdul Wahhab Hasbullah dengan mendirikan kelompok diskusi. Mengusung nama Taswirul Afkar, Surabaya menjadi basisnya tahun 1941.
Kegigihan KH Abdul Wahhab Hasbullah, membuat Taswirul Afkar menjadi media diskusi populer. Perhatian para pemuda kala itu, terpusat di Taswirul Afkar Surabaya.
Usia ke 53 tahun, Mbah Wahhab dan Taswirul Afkar menghimpun kekuatan berbagai lini. Mulai dari kaum sarungan hingga tokoh nasional tukar informasi dan komunikasi di forum itu.
Kilas baliknya, perjuangan KH Abdul Wahhab Hasbullah pun terkenal hingga ke Hijaz, Timur Tengah. Komite Hijaz menjadi wadah untuk Kyai Pendiri Nahdlatul Ulama ini, komunikasi ke Raja Ibnu Saud.
Tak sebatas komunikasi, KH Wahhab Hasbullah menyampaikan sejumlah permohonan ke Raja Saud. Pasalnya, ketika itu Raja Saud akan menghancurkan berbagai artefak islam. Termasuk makam Nabi Muhammad SAW.
Karena perbedaan ideologi, Mbah Wahhab akhirnya memohon agar Raja Saud mengurungkan niatnya. Hal itu, menurut Mbah Wahhab merugikan kelompok Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Berkat jembatan perjuangan KH Abdul Wahhab Hasbullah, dan berbagai medianya, umat Islam saat ini, senantiasa bebas berziarah ke makam Nabi. Bangunannya pun utuh sebagai artefak utama muslim di dunia.
Kiprah Kyai Wahhab di tanah airpun luar biasa. Terutama dalam proses keluarnya ‘Fatwa Resolusi Jihad. Dipelopori Hadratussyaikh KH. Hasyim Ashari, di kantor Ansor Nahdlatoel Oelama, 22 Oktober 1945, KH Abdul Wahhab Hasbullah yang menjabat sebagai Khatib AM Nahdlatul Oelama diberi mandat oleh KH Hasyim Ashari.
Mandat itu, berupa implementasi dan pelaksanaan Fatwa Resolusi Jihad di lapangan. Fatwa itu, menjadi pemantik pertempuran heroik 10 November 1945 mengusir penjajah Belanda.
KH. Abdul Wahhab Hasbullah, pulang ke Rahmatullah tanggal 29 Desember 1971. Torehan mulia sejarah bangsa dicatatnya. Mulai dari Media Massa Soera NO, Forum Diskusi Taswirul Afkar, Ansoroe Nahdlatul Oelama, Komite Hijaz, hingga Jihad 10 November 1945 menjadi bukti kepiawaian dan perjuangan Mbah Wahhab. (Ahmad Rizky Alfarabi/*)