PENAMAS.ID, DIAKUI atau tidak, United States (US) atau Amerika Serikat merupakan ikon ekonomi Negara Adidaya. ‘Super Power Economic’. Namun, siapa sangka dibalik kejayaannya, Negeri Paman Sam ini pernah mengalami kehancuran bidang ekonomi.
Tepatnya tahun 1987, pasar saham global ‘terjun payung’. Keterpurukannya dikenang dengan nama ‘Black Monday’. Tak tanggung-tanggung, kerugian global saat itu mencapai USD 1,71 Triliun. Markas investasi terbesar US bernama Wallstreet pun mengalami ‘panic selling’.
Dua tahun setelahnya, warga US terus berjuang, berinovasi dan mengembalikan lagi kepercayaan diri mereka di bidang ekonomi global. Momentum kebangkitan itu ditandai dengan dibangunnya ikon ‘Charging Bull’ atau ‘Wallstreet Bull’.
Seorang seniman dengan visi kebangkitan ekonomi bernama Arturo di Modica, menghabiskan USD 350 ribu dari kantong pribadinya, untuk membuat patung Banteng itu. Letaknya di Bowling Green, New York City, US. Ikon ini menjadi refleksi dari semangat pantang menyerah warga Paman Sam, menghadapi kesulitan ekonomi.
Kini, Charging Bull berbahan perunggu seberat 3,5 ton itu, menjadi bagian dari sejarah ‘kebangkitan ekonomi’. Ia selalu dikenang praktisi saham di US. Bahkan, Charging Bull kerapkali dikunjungi para turis dan wisatawan dadi berbagai negara, seperti dikutip dari thewallstreetexperience.com. (Redaksi/Bbs/Penamas.id)