PENAMAS ID– Wajib Tau! Tradisi Maulid Nabi di Cirebon penuh makna dengan nuansa islami.
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tak terpisahkan dari sejarah Islam di wilayah Nusantara. Praktik ini timbul dan berkembang seiring dengan peran penyiaran Islam oleh Wali Songo sejak abad ke-15.
BACA JUGA: Terangi Cianjur Selatan, PLN Sambung Listrik Gratis dari Pemerintah ke 952 Keluarga
Sejarah Tradisi Maulid Nabi di Cirebon
Seiring berjalannya waktu, tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW mulai berkembang dan menyebar di wilayah Nusa-Jawa. Penyebutan perayaan Maulid Nabi SAW berbeda-beda tergantung pada daerahnya masing-masing.
Tradisi ini telah tetap terjaga dan di wariskan secara teratur selama berbagai periode pemerintahan, mulai dari masa Sunan Gunung Jati (1479-1568 M) hingga masa Fatahillah (1568-1570 M), berlanjut ke masa Pangeran Mas Zainul ‘Arifin atau Panembahan Ratu I (1570-1649/50 M), masa Panembahan Girilaya (1650-1662), dan kemudian masa Pangeran Wangsakerta atau Panembahan Tohpati (1662-1677/8 M).
BACA JUGA: Sekaten, Tradisi Peringatan Maulid Nabi Khas Kota Solo
Istilah “Pelal Ageng” mengacu pada malam yang sangat istimewa, yaitu malam di mana Gusti Rasul di lahirkan ke dunia. Sementara itu, istilah “Panjang Jimat” berasal dari kata “Panjang,” yang merujuk pada sebuah piring pusaka berbentuk bulat dan besar yang di berikan oleh seorang Pertapa suci bernama Sanghyang Bango dari Gunung Surandil kepada Pangeran Cakrabuwana. Sedangkan istilah “Jimat” mengacu pada benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan pusaka yang harus di jaga.
Tradisi pencucian gamelan ini memiliki akar sejarah yang kaya. Dimulai pada tahun 1520 ketika Sultan Trenggono, Raja Demak Bintoro III, memberikan gamelan sekaten kepada Ratu Wulung Ayu. Ratu Wulung Ayu adalah putri Sunan Gunung Jati dan istri Nyimas Tepasari dari Majapahit.
BACA JUGA: KPK Begadang Periksa Rumah Mentan Syahrul Yasin Limpo
Sekaten juga memiliki makna “sekati” atau “sesuka hati” dan “serela hati.” Ini berarti bahwa permainan gamelan sekaten harus dilakukan dengan kerelaan hati. Kerelaan hati ini juga mencerminkan keikhlasan dalam berbagi rezeki ketika gamelan sekaten yang menjadi sejarah tradisi Maulid Nabi di Cirebon. (BIBIL/BBS/PENAMAS.ID)