PENAMAS.ID, CIANJUR – Masa tanggap darurat bencana Cianjur sudah berakhir, namun warga terdampak gempa di Kecamatan Cugenang masih tetap bertahan di posko pengungsian.
Bahkan, para pengungsi juga memasang reklame penolakan relokasi yang sudah disiapkan pemerintah di sejumlah titik lokasi.
Koordinator pengungsi di Kampung/Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Ustadz Deden mengatakan, jumlah warga yang mengungsi sebanyak 210 KK. Jumlah tersebut tersebar di sejumlah tenda yang dibuat mandiri maupun dari donasi.
“Bukan tidak mau pulang ke rumah, tapi semua warga di sini mengungsi karena rumahnya rusak parah. Jadi tanggap darurat itu di sini tidak mungkin diterapkan karena kondisi tak memungkinkan,” jelasnya.
Deden menuturkan, selama ini pengungsi tidak mengandalkan bantuan dari pemerintah, tapi lebih pada donasi yang didapatkan dari relasi yang berada di luar kota. Jumlahnya tidak bisa diperkirakan, namun bantuan selalu datang.
“Bantuan datang dari relasi atau jamaah yang dari jauh dan mereka kirim bantuan langsung ke posko di sini. Sama sekali tidak mengandalkan bantuan dari pemerintah, karena kita beranggapan ribet birokrasinya,” ujar Pengasuh Ponpes Al-Muthmainnah ini.
Ia juga tak menampik, jika sebagian besar warganya menolak direlokasi, karena sulit untuk memperoleh pekerjaan baru jika dipindah ke lokasi yang disediakan pemerintah.
“Kita meyakini untuk rejeki itu Tuhan yang mengatur, jadi lebih bertahan di lokasi ini dan tak ingin dipindahkan, karena sulit dapat pekerjaan. Mungkin sebagian besar warga di sini menolak relokasi,” bebernya.
Sementara itu, Kades Wangunjaya Cugenang, Misbahudin mengatakan, kesulitannya untuk memindahkan pengungsi. Sebab sebagian besar kondisi rumah warga mengalami kerusakan parah.
“Jadi tanggap darurat itu sulit dilaksanakan juga dalam praktiknya. Sebab warga ini sekarang pasang tenda di depan rumahnya untuk mengamankan asetnya,” tandasnya.(rky/gap)