PENAMAS.ID, CIANJUR – Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Cianjur akan mendatangi dua sekolah yang menjadi tempat terjadinya insiden kekerasan pada siswa.
Pasalnya, hingga saat ini KPAID Cianjur belum mendapatkan informasi apapun terkait adanya perdamaian yang ditempuh di antara pelaku dan korban di dua sekolah favorit tersebut.
“Terkait dengan tidak adanya informasi lanjutan, maka kami akan mendatangi kedua sekolah tersebut. Kita harus mengetahui secara persis jika memang sudah terjadi perdamaian. Itu harus langsung dari sekolah yang menyampaikan, karena sekarang sudah menjadi konsumsi publik,” ujar Ketua KPAID Cianjur, Gangan Gunawan saat ditemui Penamas.id di ruang kerjanya.
Menurutnya, sebagai lembaga negara, KPAID berhak mengetahui secara detail apa yang menjadi permasalahan tersebut. Sehingga, lanjutnya, tidak ada kesimpangsiuran informasi atas apa yang terjadi dan sudah diakhiri seperti apa.
“Jadi peristiwa itu sudah tersebar luas, bahkan kami memperoleh informasi tersebut dari media massa,” paparnya.
Sebelumnya, sempat heboh diberitakan adanya insiden kekerasan yang menimpa siswi di dua sekolah favorit di Cianjur.
Pertama, terjadi di SMAN 1 Mande, saat seorang siswi dipaksa membuka tangan yang merupakan tanda lahir, namun akhirnya diteriaki dengan ucapan yang tidak senonoh. Insiden tersebut akhirnya viral sebagai bentuk kekerasan verbal.
Kedua, terjadi di SMAN 2 Cianjur, saat seorang siswi yang dipaksa membuka kerudungnya lalu diduga adanya pemukulan oleh oknum guru hingga ramai diberitakan.
Terpisah, salah seorang warga Cipanas, Rustam (42) berharap agar KPAID Cianjur mampu memainkan peran penting dalam mengatasi persoalan kekerasan pada anak. Baik di lingkungan sekolah, maupun di ruang lingkup keluarga.
“Sudah pasti kekerasan anak banyak terjadi, namun hanya sedikit yang melaporkan kepada KPAID. Tentu kami berharap lembaga ini mampu berkiprah untuk meminimalisir terjadinya kekerasan anak,” tutupnya.(rky)