PENAMAS.ID, Cianjur – Permainan lato-lato mendadak viral di penghujung 2022 dan kembali jadi permainan anak-anak.
Padahal sejatinya lato-lato sudah ada sejak awal 1990-an, namun saat itu tak se-booming seperti saat ini.
Sekarang, bukan saja anak-anak. Permainan ini juga dimainkan orang dewasa.
Entah siapa yang memulai tiba tiba permainan tersebut menjadi viral dan heboh.
Dilansir dari Nanang A.H, blogger kompasiana.com, menjelaskan lato-lato menjadi sebuah fenomena sosial sekaligus bisa jadi sebuah pertanda untuk waktu yang akan datang, yang dalam bahasa Sunda istilahnya adalah ciciren.
Sebelumnya, banyak contoh fenomena yang sama dan sempat viral seperti fenomena batu akik, tanaman janda bolong, akar tanaman kayu yg dibuat bonsai dan lainnya.
Dimana hal tersebut dalam tataran kearifan lokal dimaknai sebagai ciciren atau pertanda terkait akan adanya sesuatu di kemudian hari.
Lalu apa saja ciciren tersebut?
1. Gambaran Sistem Demokrasi
Secara filosofi permainan ini menggambarkan sebuah sistem dari praktek politik demokrasi di negara kita.
Kedua bola ini digambarkan dengan bentuk kepala manusia yang masing-masing mempunyai peranan yaitu melakukan amanat yang telah diberikan oleh rakyat.
Rakyat sebagai pemberi amanat diibaratkan seperti cincin dan tangan sebagai pusat kendali.
Sedangkan tali tali yang menghubungkan bola bola tersebut adalah bentuk amanat rakyat.
dan bola bola tersebut adalah wakil rakyat baik itu sebagai eksekutif ataupun legislatif
Esensi dari permainan lato-lato ini adalah menghasilkan suara yang nyaring.
Artinya suara suara itu adalah suara rakyat yang harus diperjuangkan
Apabila permainan ini tidak menghasilkan suara ini artinya ada yang salah di sistem teknik memakainya.
Artinya kalau digambarkan sebagai sebuah sistem demokrasi kita adalah adanya ketidakberesan dalam tupoksinya.
Bisa jadi tidak ada gerakan atau tidak adanya keserasian akibatnya komunikasi dan koordinasi yang terhambat.
2. Gambaran Semaraknya Pemilu 2024
Pertarungan politik dalam meraih pemenangan pemilu oleh peserta partai politik di Tahun 2024 sudah mulai terasa.
Masing-masing sibuk memasang strategi politiknya
Adu strategi dalam mendulang suara rakyat diibaratkan dengan adanya benturan bola bola lato-lato tadi.
Terkadang suara suara tersebut keras terkadang melemah, tergantung tempo gerakan yang dilakukan masing-masing partai politik
Adanya adu suara suara tadi menjadi daya tarik sendiri bagi yang mendengarnya (Rakyat).
Bahkan selain suara ada gaya tersendiri yang dipertontonkan, hal tersebut berguna untuk menarik minat dan mendulang suara masyarakat.
Ada sebuah kekhawatiran sebenarnya dari fenomena ini, yaitu apabila benturan bola bola lato lato tersebut karena sebab sesuatu hal misalnya bahan dari bola bola tersebut kurang kuat
Yang pada akhirnya bisa jadi salah satu bola tersebut pecah atau bisa jadi pecah keduanya.
Pada akhirnya berdampak kepada keutuhan bangsa. Inilah yang tidak diharapkan.
Ketika hasilnya yang terjadi adalah perpecahan seperti periode sebelumnya pilkada atau pemilu menghasilkan istilah cebong dan kampret yang memecahbelah rakyat karena politik identitas yang sengaja dihembuskan.
Sepertinya ramalan ini masih abu, karena masih tergantung pada kedewasaan inihong partai partai politik negeri ini.
Semoga saja Pemilu 2024 bola lato-lato tersebut bahannya kuat fleksibel tidak egois lebih mementingkan hasil suara yang berirama.
Sehingga enak didengar dan dipandang dengan menggunakan gaya gaya manuper yang elegan, sportif dan siap menerima kekalahan demi kemenangan demokrasi bersama seluruh masyarakat Indonesia.
Akhirnya, dari filosofi permainan lato-lato tersebut setidaknya suara yang dihasilkan lato-lato yg difilosofiskan dengan suara wakil rakyat harus berdampak kepada kepentingan rakyat bukan malah sebaliknya. (snw)