PENAMAS.ID, JAKARTA. Dilansir dari Cointelegraph. Persaingan sengit dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) antara Google dan Microsoft semakin memanas. CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, baru-baru ini mengungkapkan bahwa Google berencana menggelontorkan dana lebih dari $100 miliar (sekitar Rp 1.500 triliun) untuk pengembangan kecerdasan buatan (AGI).
Pernyataan ini muncul sebagai tanggapan atas pengumuman proyek “Stargate” milik Microsoft. Microsoft dan OpenAI dilaporkan sedang berdiskusi untuk membangun sebuah proyek superkomputer senilai $100 miliar khusus untuk melatih sistem AI.
Sebagai perbandingan, superkomputer terkuat di dunia saat ini, “Frontier” yang berbasis di AS, menghabiskan biaya sekitar $600 juta (sekitar Rp 9 triliun) untuk pembangunannya. Stargate sendiri tidak akan menjadi sistem tunggal seperti Frontier, melainkan jaringan komputer yang tersebar di seluruh Amerika Serikat dalam lima tahap.
Pernyataan Hassabis tidak menjelaskan secara detail bagaimana Google akan merespons proyek Stargate, namun hal ini mengkonfirmasi bahwa Google menyadari upaya Microsoft dan berencana untuk berinvestasi minimal sama besar, bahkan lebih.
Kedua perusahaan teknologi raksasa ini tengah berlomba menjadi yang terdepan dalam pengembangan AGI. Sistem AI saat ini masih memiliki keterbatasan akibat metode pelatihan dan data yang digunakan, sehingga belum bisa mencapai tingkat kecerdasan manusia di berbagai bidang.
AGI sendiri merupakan istilah untuk sistem AI yang secara teoritis mampu melakukan apapun yang bisa dilakukan manusia dewasa pada umumnya, dengan sumber daya yang tepat. Misalnya, sistem AGI yang memiliki akses ke kredit atau dompet mata uang kripto dan internet, seharusnya bisa membangun dan menjalankan bisnisnya sendiri.
Tantangan utama dalam pengembangan AGI adalah tidak adanya konsensus ilmiah tentang definisi dan metode penciptaannya. Bahkan di antara ilmuwan AI ternama seperti Yann LeCun (Meta) dan Demis Hassabis (Google) sendiri, terdapat perdebatan mengenai apakah AGI dapat dicapai dengan metode “kekuatan Tambahan” saat ini yang berfokus pada peningkatan set data dan parameter pelatihan, atau apakah AGI bisa dicapai sama sekali.
Dalam artikel Financial Times yang diterbitkan pada bulan Maret, Hassabis membandingkan hype seputar AI/AGI saat ini dengan fenomena scam (penipuan) yang terjadi di pasar mata uang kripto. Terlepas dari hype tersebut, baik AI maupun kripto sama-sama mengalami peningkatan investasi yang signifikan di tahun 2024.
Harga Bitcoin, mata uang kripto terpopuler di dunia, yang berada di sekitar $30.395 per koin pada April 2023, kini melampaui $60.000 (sekitar Rp 900 juta) pada saat artikel ini ditulis, setelah sebelumnya sempat mencapai rekor tertinggi di sekitar $73.000 (sekitar Rp 1.1 miliar). Sementara itu, saham pemimpin industri AI saat ini, Microsoft, melonjak dari $286 per lembar saham menjadi sekitar $416 (sekitar Rp 6.2 juta) di periode yang sama.
(AHP/BBS/PENAMAS.ID)