PENAMAS.ID, JAKARTA. Dilansir dari Al Jazeera. Pasukan penjaga perdamaian Rusia telah mulai meninggalkan wilayah Nagorno-Karabakh di Azerbaijan, mengakhiri kehadiran militer Rusia di sana setelah beberapa tahun, menurut para pejabat.
“Ya, memang benar,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada Interfax pada hari Rabu (17/4) sebagai jawaban atas pertanyaan media tanpa memberikan jadwal pasti untuk penarikan tersebut.
Hampir 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia ditempatkan di wilayah Nagorno-Karabakh pada November 2020 setelah perjanjian yang diselenggarakan oleh Rusia berhasil menghentikan pertempuran antara pasukan Azerbaijan dan Armenia selama enam minggu.
Meskipun hadirnya pasukan Rusia, Azerbaijan berhasil merebut kembali Nagorno-Karabakh pada September tahun lalu dengan kekuatan militer, menyebabkan puluhan ribu orang Armenia yang tinggal di sana mengungsi dan pemimpin etnis Armenia wilayah tersebut ditangkap.
Pada saat itu, pemimpin politik Armenia menuduh Rusia gagal melindungi kepentingan Armenia, tapi Rusia menyangkal tuduhan tersebut. Awalnya, pasukan penjaga perdamaian dijadwalkan tinggal hingga November 2025.
Pada Selasa malam (16/4), agensi berita Azerbaijan melaporkan bahwa pasukan penjaga perdamaian Rusia telah mulai meninggalkan wilayah tersebut, dengan personel dan peralatan pertama telah meninggalkan sebuah biara yang dihormati oleh orang Armenia di distrik Kalbajar Azerbaijan beberapa hari yang lalu.
Hikmet Hajiyev, penasihat kebijakan luar negeri Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, dikutip oleh agensi berita negara Azertac yang mengonfirmasi perjanjian penarikan diri telah tercapai.
“Penarikan dini pasukan penjaga perdamaian Rusia, yang sementara berada di wilayah Republik Azerbaijan sesuai dengan pernyataan tiga pihak yang ditandatangani pada 10 November 2020, telah diputuskan oleh pemimpin kedua negara,” katanya seperti yang dikutip oleh Azertac.
“Proses tersebut telah dimulai dengan kementerian pertahanan Azerbaijan dan Rusia menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk pelaksanaan keputusan tersebut.”
Penarikan tersebut terjadi ketika Rusia menghadapi tekanan di wilayah tersebut, dengan Armenia menuntut penjaga perbatasan Rusia meninggalkan bandara utamanya dan para demonstran di Georgia menghadapi apa yang mereka katakan sebagai pemerintahan yang terlalu condong kepada Rusia.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan secara terbuka mempertanyakan aliansi tradisional negaranya dengan Rusia dan mulai memperkuat hubungan dengan Barat.
Armenia telah meminta penjaga perbatasan Rusia meninggalkan pos mereka di bandara utama di ibu kota, Yerevan, mulai 1 Agustus.
Armenia dan Azerbaijan telah lama bertempur atas wilayah pegunungan Nagorno-Karabakh, yang mayoritas penduduknya Kristen Armenia, tetapi secara luas berada di wilayah Azerbaijan yang mayoritas penduduknya Muslim. Wilayah ini diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.
(AHP/BBS/PENAMAS.ID)