PENAMAS.ID – AMUL Huzni merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW.
Pasalnya, pada saat itu Nabi Muhammad ditinggal wafat oleh dua orang terkasih dalam hidupnya yaitu istrinya, Sayyidah Khadijah dan pamannya, Abu Thalib.
BACA: 3 Tips Efektif Agar Berat Badan Tidak Turun saat Berpuasa
Jarak waktu antara wafatnya Khadijah RA dan Abu Thalib adalah satu bulan lebih lima hari.
Atas peristiwa duka tersebut, Rasulullah SAW telah kehilangan istri yang selalu menjadi penenangnya, juga paman yang selalu melindungi dan membantu beliau menghadapi kaumnya.
Di tahun itu juga cobaan terhadap Rasulallah terus-terusan seakan tidak ada henti-hentinya.
Terror, hujatan, dan siksaan dari kafir Quraisy terus-terusan menghampiri Rasulallah.
Bukan hanya kepada Rasulallah saja tetapi keluarga dan orang-orang yang percaya akan islam juga di boikot oleh kafir Quraisy.
Dengan peristiwa tersebut, Rasulullah SAW menyebut tahun kesepuluh kenabian tersebut dengan nama “Tahun Kesedihan” atau Amul Huzni.
Sebab, begitu beratnya gangguan yang harus beliau hadapi dalam berdakwah menyebarkan agama Islam tanpa Khadijah RA dan Abu Thalib di sisinya.
Hingga pada 27 Rajab beliau diangkat oleh Allah SWT untuk Isra Mi’raj hingga ke Sidratul Muntaha untuk berjumpa langsung dengan Sang Pencipta.
BACA: Makanan yang harus Dihindari Saat Puasa Gorengan Salah Satunya
Isra adalah perjalanan malam hari dari Mekah menuju Baitul Maqdis di Palestina. Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW diangkat ke langit hingga Sidratul Muntaha.
Isra Mi’raj ini juga menurut para Ulama adalah hadiah bagi Nabi Muhammad ketika mengalami Amul Huzni atau tahun duka.
Dalam Isra Miraj ini pula, kali pertama perintah salat diberikan kepada Nabi Muhammad dan diamalkan oleh umat Islam hingga saat ini.
Itulah sejarah singkat Amul Huzni dan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Semoga kita dapat mengambil hikmah terbaik.(Amelia/Penamas.id)