PENAMAS ID– Tahu nggak, selain curug, berbagai desa adat di Jawa Barat bisa bikin para wisatawan jatuh cinta, lho. Kok bisa?
Bayangkan saja, kamu bisa menikmati gemericik air terjun sambil merasakan suasana khas kampung adat yang sarat akan kearifan lokal. Kamu juga bisa merasakan tinggal di tengah masyarakat adat, yang pastinya bakal jadi petualangan seru yang nggak terlupakan.
Yuk, simak desa adat di Jawa Barat yang siap menyuguhkan pesona dan cerita menarik dari kearifan lokalnya!
Kampung Naga
Ini dia desa adat di Jawa Barat yang pertama. Kampung Naga di Tasikmalaya adalah sebuah hidden gem yang memadukan keindahan alam dan kekayaan budaya Sunda.
Terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, kampung ini menawarkan pemandangan pedesaan yang masih asli dengan rumah-rumah tradisional, persawahan, empang, dan hutan yang mengelilinginya. Dengan luas sekitar 4 hektar, Kampung Naga jadi tempat ideal untuk merasakan kehidupan masyarakat adat yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang mereka.
Menyusuri 444 anak tangga menuju kampung ini, kamu akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan, jauh dari keramaian kota yang membuat suasana di sini sejuk dan tenang.
Di Kampung Naga, kamu dapat belajar banyak tentang adat istiadat setempat, mulai dari upacara adat Hajat Sasih hingga kesenian seperti Terbang Gembrung. Rumah-rumah panggung dengan arsitektur khas Sunda, masjid, Bumi Ageung, dan Bale Patemon menjadi daya tarik tersendiri yang akan kamu temui di sana.
Meskipun tidak dialiri listrik, warga kampung tetap menggunakan alat elektronik dengan aki. Untuk menjaga kampung ini tetap lestari, jangan lupa membeli berbagai kerajinan tangan unik dari penduduk lokal, ya!
Kalau kamu berkunjung ke sini, kamu tidak dikenakan tiket masuk ke Kampung Naga, hanya dikenakan ongkos parkir. Rincian biayanya antara lain parkir motor Rp3000, parkir mobil Rp10.000, parkir elf Rp15.000, parkir minibus Rp25.000, dan parkir bus Rp40.000.
Selain itu, ada biaya untuk jasa pemandu sebesar Rp150.000, jasa narasumber Rp300.000, dan biaya makan sebesar Rp35.000/orang. Tertarik ke Kampung Naga?
Kampung Ciptagelar
Kampung Ciptagelar yang terletak di kaki Gunung Halimun, Sukabumi, Jawa Barat, punya daya tarik tersendiri buat para wisatawan dengan deretan rumah bambu tradisional di tengah alam yang hijau dan asri.
Meski merupakan kawasan adat dengan tradisi leluhur yang kuat, Kampung Ciptagelar tetap membuka pintunya untuk pengunjung. Akses ke sini memakan waktu sekitar 4 jam dari pusat Kota Sukabumi, dengan jalan yang mulus sehingga bisa dilalui motor, mobil, atau bahkan sepeda untuk menjelajah kampung ini.
Kamu bisa berkunjung ke Kampung Ciptagelar pada waktu tertentu: Senin-Kamis pukul 09.00-19.00 WIB, Jumat 09.00-11.30 WIB dan 13.30-19.00 WIB, serta Sabtu 10.00-16.00 WIB, sementara untuk hari Minggu kampung ini tidak menerima tamu yang datang berkunjung.
Meskipun masuk ke sini gratis, kamu tetap diharapkan menjaga tata krama dan kealamian tempat, ya! Jangan lupa juga untuk mematuhi beberapa peraturan yang harus diikuti termasuk meminta izin pemimpin desa, tamu laki-laki harus memakai ikat kepala sementara yang perempuan memakai samping, bersalaman sesuai tradisi, dan menyampaikan maksud kunjunganmu.
Meski demikian, jangan ragu untuk menjelajah Kampung Ciptagelar dan melihat lebih dekat kehidupan tradisional masyarakat di sana!
Kampung Adat Pulo
Desa Adat Kampung Pulo yang terletak di sekitar situs cagar budaya Candi Cangkuang, kampung ini tetap mempertahankan tradisi meskipun pengaruh Islam dibawa oleh Embah Dalem Arif Muhammad, yang dulunya memeluk agama Hindu.
Kini, penduduk Kampung Pulo yang beragama Islam tetap melaksanakan sebagian ritual agama Hindu, salah satu hal yang menjadi daya tarik wisatawan. Terdapat enam rumah adat yang didirikan oleh keturunan Embah Dalem Arif Muhammad, terdiri dari 5 wanita dan 1 pria, serta satu masjid sebagai tambahan bangunan di tengah pemukiman.
Keunikan Kampung Pulo terkenal salah satunya dengan aturan ketat mengenai jumlah rumah yang tidak boleh lebih atau kurang dari enam, serta jumlah penghuni yang tidak boleh melebihi enam kepala keluarga per rumah. Jika ada anak yang menikah, mereka harus keluar dari kampung dalam dua minggu.
Selain itu, ada juga aturan unik berupa larangan memukul gong besar dan berziarah pada hari Rabu, serta tidak boleh memelihara hewan ternak berkaki empat. Aturan-aturan ini diyakini untuk menjaga keharmonisan dengan leluhur dan alam, membuat Kampung Pulo menjadi destinasi wisata budaya yang terkenal di Kabupaten Garut!
Kampung Cireundeu
Kampung Adat Cireundeu yang terletak di Kelurahan Leuwigajah, Cimahi Selatan, Jawa Barat, punya luas sekitar 42 hektar yang sebagian besar lahannya difungsikan sebagai pertanian. Nama “Cireundeu” berasal dari pohon reundeu yang dulu banyak tumbuh di sana. Masyarakat Kampung Cireundeu hidup dengan prinsip “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman“, yang berarti mereka mengikuti perkembangan zaman tanpa melupakan tradisi.
Konsep adat kampung ini membagi lahan menjadi tiga bagian: Leuweung Larangan (hutan terlarang), Leuweung Tutupan (hutan reboisasi), dan Leuweung Baladahan (hutan pertanian), yang semuanya memiliki aturan ketat untuk menjaga keseimbangan alam.
Salah satu tradisi unik di Cireundeu adalah puasa tidak mengonsumsi beras, sebagai cara untuk menguji keimanan dan mendapatkan kemerdekaan lahir batin. Tradisi ini terkait dengan ungkapan leluhur, “Teu Boga Sawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat” yang berarti “tidak punya sawah asal punya beras, tidak punya beras asal dapat menanak nasi, tidak punya nasi asal makan, tidak makan asal kuat”.
Sebagai gantinya, mereka mengonsumsi rasi atau beras singkong, tradisi yang telah berlangsung sekitar 98 tahun sejak sawah mereka mengering pada tahun 1918. Singkong diolah menjadi berbagai camilan, menjadikannya makanan pokok yang konsisten hingga kini.
Meskipun terbuka terhadap masyarakat luar, warga Cireundeu jarang merantau dan lebih suka bergotong royong, lho! Lokasi Kampung Adat Cireundeu sekitar 15 kilometer dari Kota Bandung, dengan akses mudah melalui berbagai jalan utama. Tradisi, kekompakan, dan keunikan adat membuat Kampung Adat Cireundeu menjadi destinasi yang menarik dan penuh pelajaran budaya. Kamu tertarik ke sini? (Bil/PENAMAS ID)