PENAMAS.ID, CIANJUR – Adat dan budaya leluhur seperti seren tahun, mitambeyan, ngadiukeun, selama ini dikenal di masyarakat sebagai adat badui. Padahal tidak hanya di badui atau kampung adat yang lain.
Di Desa Walahir, Kecamatan Leles, Kabupaten Cianjur pun upacara adat seperti itu masih dipertahankan dan tetap dilestarikan setiap tahunnya. Biasanya, upacara adat seren tahun ini dilakukan musim ketika panen raya.
Upacara ngadiukeun ini adalah rangkaian adat dan budaya seren tahun setelah memanen padi, yang sebelumnya dimulai dari mitambeyan saat menanam.
Upacara adat ngadiukeun ini dilakukan sebagai wujud syukur petani dan memaknai padi sebagai simbol dari kehidupan.
Ki Abid (70) salahsatu pemuka adat Desa walahir menuturkan, upacara adat ngadiukeun ini diselenggarakan dengan memadukan antara ritual kebudayaan dan ritual keagamaa. Upacara adat ini, sambung dia, dilakukan sebagai prinsip meneguhkan nilai ketuhanan dan nila kebudayaan leluhur untuk menetapkan sri pohaci di padaringan, atau di goah (leuit).
“Ngadiukeun ini secara prakteknya, pertama ditetapkan oleh sesepuh, dilanjut do’a atau tawasul oleh tokoh agama,” tuturnya.