PENAMAS.ID, BALI – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang digelar di Bali akhirnya resmi ditutup setelah melakukan serangkaian kegiatan serta mengesahkan G20 Bali Leaders Declaration.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menyampaikan terima kasih kepada semua pemimpin negara G20 yang hadir dan menyerahkan palu Presidensi G20 untuk 2023 mendatang kepada Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi.
“Terima kasih, Yang Mulia Perdana Menteri Modi. Para pemimpin yang saya hormati, kita telah tiba pada akhir acara. Dengan ini saya nyatakan, KTT G20 di Bali Indonesia dinyatakan ditutup,” ujar Jokowi di The Apurva, Bali, Rabu (16/11/2022).
Hasil G20 Bali Leaders Declaration:
Berdasarkan dokumen Leaders’ Declaration Adopted, ada 52 poin yang dipaparkan dalam hasil akhir KTT G20 Bali yang berlangsung 15-16 November 2022. Di antaranya adalah mengutuk keras perang di Ukraina. Kemudian kerjasama untuk menghadapi tantangan dan krisis ekonomi dunia hingga pembangunan berkelanjutan.
Dalam poin pertama Leaders’ Declaration Adopted menjelaskan, bagaimana 14 tahun yang lalu para Pemimpin G20 bertemu untuk pertama kalinya. Negara G20 menghadapi krisis keuangan yang paling parah kala itu.
Negara-negara G20 menyadari, sebagai ekonomi global yang besar, bahwa secara kolektif kami memikul tanggung jawab dan bahwa kerja sama kita diperlukan untuk pemulihan ekonomi global, untuk mengatasi tantangan global, dan meletakkan dasar untuk pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
“Kami menetapkan G20 sebagai forum utama untuk kerja sama ekonomi global, dan hari ini kami menegaskan kembali komitmen kami untuk bekerja sama karena kita, sekali lagi, mengatasi tantangan ekonomi global yang serius,” tulis Leaders’ Declaration Adopted dikutip Rabu (16/11/2022).
Negara G20 lantas bertemu di Bali pada 15-16 November 2022, di saat krisis multidimensi yang tak tertandingi. Negara G20 punya
mengalami kehancuran yang dibawa oleh pandemi Covid-19, dan tantangan lainnya termasuk iklim perubahan, yang telah menyebabkan kemerosotan ekonomi, peningkatan kemiskinan, memperlambat pemulihan global, dan menghambat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Tahun ini, dunia juga menyaksikan perang di Ukraina berdampak lebih buruk terhadap ekonomi global. Ada diskusi tentang masalah ini. Forum tersebut menegaskan kembali posisi G20 sebagaimana dinyatakan dalam forum lain, termasuk Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB, yang dalam Resolusi No. ES-11/1 tanggal 2 Maret 2022, dengan suara terbanyak (141 suara setuju, 5 tidak setuju, 35 abstain, 12 tidak hadir) menyesalkan dengan sedalam-dalamnya serangan oleh Rusia terhadap Ukraina dan menuntut penarikan penuh dan tanpa syarat dari wilayah Ukraina.
Kebanyakan anggota G20 mengutuk keras perang di Ukraina dan menekankan hal itu menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa dan memperburuk kerapuhan yang ada dalam ekonomi global, menghambat pertumbuhan, meningkatkan inflasi, mengganggu rantai pasokan, meningkatkan kerawanan energi dan pangan, dan meningkatkan risiko stabilitas keuangan.
“Ada pandangan lain dan penilaian berbeda tentang situasi dan sanksi. Menyadari bahwa G20 bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan, kami mengakui bahwa masalah keamanan dapat terjadi konsekuensi yang signifikan bagi ekonomi global,” tulis deklarasi tersebut.(gap/bbs)