PENAMAS.ID, JAKARTA – Pasar Saham Asia melanjutkan penurunan pada hari Senin (15/4), sementara dolar AS terus menguat terhadap sebagian besar mata uang utama. Nikkei 225 Jepang turun 0,7% menjadi 39,232.80, sementara S&P/ASX 200 Australia dan Kospi Korea Selatan masing-masing turun 0,4%.
Di pasar valuta asing, dollar AS terus menguat, mengalami penguatan signifikan terhadap yen Jepang. Nilai tukar dolar AS naik menjadi 153,81 yen Jepang dari 153,07 yen sebelumnya, mencatatkan level tertinggi dalam 34 tahun. Euro juga menguat menjadi $1.0663 dari $1.0635.
Di Indonesia, terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pada tanggal 11 April, nilai tukar rupiah adalah 15.966 per dolar AS, namun pada tanggal 15 April, nilai tukar rupiah meningkat menjadi 16.068 per dolar AS.
Di Hong Kong, Hang Seng turun 0,6% menjadi 16,619.67, sementara Shanghai Composite menguat 0,8% menjadi 3,044.49. Di tempat lain di Asia, Taiex Taiwan turun 1,4% dan Sensex di India turun 0,7% menjelang proses pemilihan nasional yang panjang.
Pelemahan ini terjadi setelah penurunan pada hari Jumat (12/4) di Wall Street, di mana S&P 500 turun 1,5% menjadi 5.123,41, mengakhiri minggu terburuk sejak Oktober. Dow Jones Industrial Average turun 1,2% menjadi 37.983,24, sementara Nasdaq composite turun 1,6% dari rekor tertinggi sebelumnya menjadi 16.175,09.
Sejumlah laporan tahun ini telah menunjukkan bahwa inflasi dan ekonomi secara keseluruhan tetap lebih tinggi dari yang diperkirakan. Hal ini memaksa para trader untuk menurunkan perkiraan berapa kali Federal Reserve mungkin akan memangkas suku bunga tahun ini. Para trader sebagian besar bertaruh hanya akan ada dua pemangkasan, turun dari perkiraan setidaknya enam pemangkasan pada awal tahun.
Pada saat yang sama, yield obligasi Treasury di pasar obligasi turun dan harga emas naik, hal ini biasanya terjadi ketika investor beralih ke investasi yang dianggap lebih aman.
Yield obligasi Treasury 10 tahun turun menjadi 4,55% pada hari Senin dari 4,58% pada akhir Kamis dan yang menambah kecemasan adalah laporan awal yang menunjukkan sentimen konsumen AS sedang merosot. Ini adalah pembaruan penting karena pengeluaran oleh konsumen AS adalah mesin utama dari ekonomi global.
Mungkin lebih mengkhawatirkan adalah bahwa konsumen AS mungkin menjadi lebih pesimis tentang inflasi. Perkiraan mereka untuk inflasi dalam 12 bulan mendatang mencapai level tertinggi sejak Desember. Harapan tersebut bisa memicu ramalan yang dapat menjadi kenyataan, di mana pembelian yang dimaksudkan untuk mengantisipasi harga yang lebih tinggi hanya akan memperburuk inflasi.
(AHP/PENAMAS.ID)