PENAMAS ID– Wajib Tau! Rumah Karunrung Jadi Saksi Bisu Pembunuhan Satu Keluarga
Hari Minggu 12 Maret 1995, menjelang magrib, warga di Jalan Karunrung, Kecamatan Rappocini, Makassar digegerkan dengan kasus pembunuhan seluruh anggota keluarga di salah satu rumah.
BACA JUGA: Kisah Rumah Angker Karunrung di Makassar, Saksi Bisu Pembunuhan Satu Keluarga
Rumah Karunrung
Usai tragedi pembantaian Achmadi sekeluarga, beserta pembantunya, Piddi, sejumlah cerita-cerita mistis bermunculan di masyarakat. Banyak yang mengaku pernah mengalami kejadian-kejadian aneh di sekitar rumah Achmadi di Jalan Karunrung, Makassar.
Suatu ketika, seorang pria paruh bayah penjual ayam melintas di depan rumah Achmadi, beberapa hari sebelum Lebaran. Warga setempat sempat melihatnya berhenti tepat di depan rumah Achmadi, ketika mereka hendak pergi ke pasar.
Waktu berlalu, namun pria itu rupanya belum juga beranjak dari rumah itu tatkala warga pulang dari pasar. Warga yang curiga dengan keberadaan penjual ayam itu lantas menanyakan dirinya sedang melakukan apa.
Pria itu dengan santai menjawab, dia sedang menunggu seorang wanita yang hendak membeli ayam dari dalam rumah Achmadi. Wanita yang ia maksud, mengaku masuk ke dalam rumah untuk mengambil uang.
“Ini ibu dalam mau beli ayamku, tapi katanya masuk ambil uang, belum keluar. Itu kan ayamnya digantung di pagar, dibawa ke sini (berjalan menjauh dari rumah Achmadi). ‘Kita tahu itu rumah di sana? Itu mi rumah kejadian yang mati satu keluarga’,” tutur seorang warga Karunrung, bernama Muh.
Pengalaman horor lainnya diceritakan warga bernama Fariani, yang juga menyaksikan kondisi di dalam rumah Achmadi usai pembunuhan sadis itu terjadi.
Seorang sopir taksi pernah menjadi ‘korban’ arwah gentayangan Syamsia. Saat itu, sang sopir mendapat penumpang dari Tempat Pemakaman Islam (TPI) Panaikang, Makassar, menuju kediaman Achmadi.
Sopir taksi mengaku mengantar seorang wanita bersama dua anak laki-lakinya dan berhenti tepat di depan rumah Achmadi. Warga yang melihat taksi itu berhenti langsung mendatanginya.
BACA JUGA: Kebiasaan Sehat yang Dilakukan pada Malam Hari
Sang sopir ditanya sedang menunggu siapa di depan rumah yang ia singgahi. Setelah dijawab, warga meminta sang sopir untuk menjauh dari rumah tersebut.
“‘Itu ada ibu saya jemput di Panaikang dengan dua anak laki-lakinya. Dia bilang mi suaminya Haji Simba (warga yang melihat), pernah ki dengar orang yang dibantai satu rumah? Dia bilang iyo di mana itu? Nah, yang kau bawa tadi setannya mi. (Sekitaka sopir) pingsan,” tutur Fatriani.
Sangkala, penjaga makam TPI Panaikang, Makassar, lokasi Achmadi sekeluarga dimakamkan juga mendengar cerita serupa. Penumpang gaib itu dijemput di depan TPI Panaikang dan diantar ke rumah Achmadi di Jalan Karunrung.
“Ambil taksi di depan (TPI Panaikang). Setengah matimi menunggu di rumahnya, (sopir bilang) mana mi ini orangnya. Dia tunggu lama, ada mi orang lewat. (Ditanya) apa kita tunggu? (sopir jawab) Itu di dalam belum bayar (argo taksi) saya. Padahal apa? Dikasih tahulah (kalau itu rumah korban pembunuhan sekeluarga). Dia kabur,” ujar Sangkala saat ditemui di TPI Panaikang.(BIBIL/PENAMAS ID)