PENAMAS.ID, DEPOK – Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto sambangi Kota Depok, Jawa Barat pada Sabtu, (3/6/2023). Guna menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU).
Dalam sambutannya, Suharyanto mengatakan, saat ini perubahan iklim yang terjadi di dunia picu peningkatan kejadian bencana.
“Perubahan iklim terbukti meningkatkan frekuensi kejadian bencana dengan sangat drastis dan lebih ekstrim,” ujar Suharyanto di Pondok Pesantren Alhamidiah Depok.
Suharyanto menambahkan, BNPB selama lima bulan ini merilis sekitar 1.675 kejadian bencana. Terbesarnya, lanjut Suharyanto didominasi oleh bencana hidrometeorologi.
“Berdasarkan data yang kami himpun dari 1 Januari hingga 31 Mei 2023 terdapat setidaknya 1.675 kejadian yang didominasi oleh bencana hidrometeorologi sebesar 99,1%, dengan rincian 92,5% adalah bencana hidrometeorologi basah dan 6,6% merupakan bencana hidrometeorologi kering, sisanya merupakan bencana geologi dan vulkanologi,” ungkap Suharyanto.
Dampak dari adanya perubahan iklim, sambung Suharyanto, tidak hanya terjadi di hulu, peningkatan suhu global memicu tren kenaikan tinggi muka laut.
“Terjadi peningkatan frekuensi kejadian banjir dari laut (rob). Diperparah oleh kerusakan ekosistem pesisir, catatan BNPB dalam tiga tahun terakhir saja. Jumlah kejadian bencana banjir rob meningkat 46% dari 35 kali kejadian di tahun 2020 menjadi 75 kejadian di 2022,” imbuh Suharyanto.
Suharyanto Imbau Seluruh Pihak Tingkatkan Kepedulian
Selain hidrometeorologi basah, lanjut Suharyanto bencana hidrometeorologi kering sudah mulai terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Karenanya, ia mengimbau seluruh pihak peduli untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
“Ini semua menjadi menjadi tantangan kita bersama. Bagaimana fenomena global dan regional telah nyata berdampak pada peningkatan intensitas kejadian dan dampak bencana di tingkat lokal,” imbuh Suharyanto.
“Maka dari itu, saya mengajak semua elemen pentahelix. Bersama-sama memiliki tanggung jawab untuk memutus lingkaran proses ini supaya kita bisa mengurangi dampak perubahan iklim,” imbau Suharyanto.
Di akhir sambutan, dirinya mengapresiasi keterlibatan berbagai elemen pentahelix dalam penanggulangan bencana.
“Mengatasi dampak perubahan iklim harus sama-sama kita dukung, karena Pemerintah tidak akan bisa bekerja secara optimal tanpa adanya dukungan dari berbagai elemen bangsa. Terrmasuk LPBI NU sebagai komunitas penanggulangan bencana,” tuturnya.
“Saya mengucapkan terima kasih untuk kontribusi yang telah dilakukan oleh LPBI-NU selama ini, baik yang sifatnya intervensi langsung ke masyarakat maupun dalam bentuk kerjasama-kerjasama peningkatan kapasitas masyarakat melalui program-program bersama BNPB,” pungkas Suharyanto.
Puncak kegiatan, dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara BNPB dengan LPBI NU untuk memperkuat kerjasama yang telah berjalan dengan baik antara BNPB dan LPBI NU.
Turut mendampingi Kepala BNPB, Plt. Sekretaris Utama BNPB, Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Kepala Biro Hukum Organisasi dan Kerjasama BNPB dan Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.
Demikian informasi, sambangi Depok, Kepala BNPB Suharyanto di Rakornas LPBI NU ingatkan perubahan iklim picu peningkatan kejadian bencana. (Rizky/Penamas.id)