PENAMAS.ID – Islam telah membumi. Ia telah menunjukkan sejarah yang mengakar di dunia. Bukan hanya sebagai agama yang punya dimensi kredo. Islam telah menunjukkan pada dunia tentang sistem nilai, pemikiran, dan jalan hidup. Dalam konteks sejarah, perjalanan Islam sudah cukup tua. Beberapa materi tentang sejarahnya sudah banyak disajikan. Rangkaian peristiwa telah menjadi entitas yang hidup dalam kemanusiaan. Ketika hal ini dikaitkan dengan kemanusiaan, sejarah Islam bukan hanya bicara teologis. Sejarahnya sering dikaitkan dengan sosial, peradaban, juga kemanusiaannya. Sejarah Islam diidentikan pada sisi ini menjadi sejarah bagi kebudayaan dan peradaban yang ada pada komunitas muslim. Tak salah, Ira M Lapidus cenderung menyebutkannya dengan Sejarah Sosial Umat Islam, atau penulis lain menyebutnya dengan Sejarah Kebudayaan atau Sejarah Peradaban.
Asumsi Pentingnya Pembelajaran Sejarah
Sejarah pasti membahas peristiwa masa lalu. Tokoh, peristiwa, latar belakang, juga produk dari peradaban menjadi bahasan wajib untuk masyarakat hari ini. Sejarah menyimpan informasi yang cukup banyak tentang apa yang pernah diraih di masa lalu, atau pun pengalaman lainnya. Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, elemen atau kajiannya pasti menempatkan sejarah sebagai materi inti. Pertama, hal ini dikuatkan oleh asumsi bahwa apa yang terjadi di masa lampau memiliki nilai untuk kehidupan di masa kini dan untuk masa depan. Pembelajaran sejarah beranjak dari asumsi ini, terutama bagi jenjang pendidikan dasar dan menengah. Namun tetap tidak melepaskan diri dari kajian fakta dan fenomena sejarah, bukan hanya fokus pada nilai.
Kurikulum PAI pasti memuat elemen ini. Tak sempurna kiranya, bila aspek ini ditinggalkan. Dalam Kurikulum Merdeka pun, elemen ini menjadi salah satu inti kajian. Kita dapat menelaahnya dalam beragam Capaian Pembelajaran di setiap fase pembelajaran.