PENAMAS.ID – Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kabupaten Cianjur, menilai upaya peningkatan angka Indek Pembangunan Manusia (IPM) Cianjur kurang tepat.
Ketua PC PMII Cianjur, Eko Herianto Idham mengatakan, upaya Pemda Cianjur dalam meningkatkan IPM masih tidak menujukan perubahan signifikan, bahkan menurutnya dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, IPM Kabupaten Cianjur berada di posisi terendah yakni 65,56 poin tahun 2021.
Hal itu menurutnya lantaran kurangnya inovasi dalam peningkatan IPM. “Kebijakan pemerintah daerah itu kurang berinovasi,” tuturnya.
Salah satu yang dianggap kurang inovasi, menurut Eko adalah IPM Pendidikan yang masih mendapat angka 7,6. Dimana menurutnya, program IPM Pendidikan yang menjadi tolak ukurnya hanyalah akselerasi pendidikan luar sekolah (PLS) dengan terus memembuat PKBM.
“Secara logika, akselerasi jenjang pendidikan melalui sekolah paket a,b, dan c memang bisa memicu angka partisipasi kasar, tetapi hanya akan tertumpu pada wajib belajar 9 tahun atau 12 tahun, sebagai angka minimum harapan rata-rata lama sekolah,” ungkapnya.
Padahal menurut Eko, secara rumus pengukuran IPM pendidikan, harusnya angka minimum tersebut masih dibagi dengan angka harapan maksimum rata-rata lama sekolah.
“Angka harapan lama sekolah ini, harusnya gradenya diperbesar dengan mengoptimalkan pengalokasian anggaran yang tertumpu pada harapan lama sekolah yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi, sebab ini juga akan meningkatkan angka partisipasi kasar,” jelasnya.
Masih menurut Eko, Pemerintah Cianjur tidak membuka ruang, atau akses kepada siswa yang berprestasi atau siswa yang tidak mampu dengan memberikan beasiswa yang lebih terbuka dan lebih banyak.
“Beasiswa daerahnya masih minim, pemda juga tidak membuka ruang kerjasama dengan perguruan tinggi negri misal, untuk membuka program studi yang relepan dengan kebutuhan daerah, semacam contoh kerjasama dengan fakultas kedokteran agar kebutuhan dokter di Cianjur bisa terpenuhi, sehingga menunjang IPM kesehatan juga,” ungkapnya.
Terpisah, Asisten Daerah (Asda) satu bagian Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat, Arief Purnawan mengakui, harus ada pemicu dari pemerintah daerah agar ketertarikan masyarakat didik di Cianjur dapat meningkat, untuk menempuh ke jenjang perguruan tinggi. Salahsatunya adanya beasiswa hibah dari Pemda.
“Kita itu, sudah memberikan hibah namun hanya universitas tertentu seperti unsur, dan untuk selanjutnya kebijakan pengalokasian ada dipihak kampus,” ucapnya.
Saat ditanya besaran penganggaran pemerintah daerah, untuk perguruan tinggi di Cianjur, Arief menjawab harus ada evaluasi dari pemerintah daerah, yang mengisyaratkan anggaran masih minim untuk pengalokasian beasiswa daerah.
“Kita akan evaluasi, mudah-mudahan sambil berjalan anggaran, apabila kita membutuhkan sebagai dayapicu motivasi masyarakat yang membutuhkan kita anggarkan, dan disesuaikan dengan kemampuan daerah,” ungkapnya.(isn)